♥●•٠·I'm Just Who I'm·٠•●♥ ♥●•٠·I'm Just Who I'm·٠•●♥: Oktober 2012
Daisypath Anniversary tickers

♥Thanks For Following♥

♥Most Read This Week♥

Rabu, 31 Oktober 2012

Si Sulung atau si Bungsu ?


proud to be Indonesian


Malam bloggers,,,entry malam ini saya share sebuah cerita yang menurut saya kita bisa mengambil pelajaran di dalamnya. Sebuah cerita yang dapat menginspirasi mengenai bagaimana kita harus bertindak. Silahkan dibaca yaaahhh....^^

 Alkisah, hiduplah sebuah keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu dan dua orang anak laki-laki (sebut saja si-Sulung dan si-Bungsu). Pada suatu hari, sang Ayah mendadak sakit keras dan diprediksi sudah mendekati ajalnya. Menyadari akan hal ini, sang Ayah pun segera memanggil kedua anak laki-lakinya si-Sulung dan si-Bungsu.

Sesudah mereka berdua bersimpuh didekat Ayah berbaring, sang Ayah pun menyatakan permintaannya kepada mereka : “Kalian berdua harus berjanji kepada Ayah……, bahwa setelah Ayah meninggal dunia nanti, kalian berdua harus menepati 2 pesan terakhir Ayah”. Sambil terisak tangis dan suasana hati yang tidak karuan, Sulung dan Bungsu pun hanya dapat manggut-manggut melihat kondisi Ayahnya yang semakin kritis.

Begini kira-kira kedua pesan Ayahnya itu:
    “PERTAMA, kalian harus berjanji kepada Ayah, bahwa setelah Ayah meninggal nanti, kalian berdua TIDAK BOLEH MENAGIH PIUTANG kepada siapapun”. Tidak ada tindakan lain dari Sulung maupun Bungsu dalam menanggapi pesan PERTAMA Ayahnya itu selain mengatakan IYA KAMI BERJANJI dan menganggukkan kepala meski perasaan bingung menghinggapi kedua Anak tersebut.

    “KEDUA, kalian berdua harus berjanji kepada Ayah, bahwa setelah Ayah meninggal nanti, kalian berdua TIDAK BOLEH TERKENA SINAR MATAHARI SECARA LANGSUNG”. Semakin bingung-lah mereka terhadap permintaan Ayahnya. Tetapi sekali lagi keadaan lah yang memaksa mereka berdua untuk mengatakan IYA KAMI BERJANJI dan menganggukkan kepala.

    Akhirnya, sesuai dengan rencana sang Ayah pun meninggal dunia dengan tenang karena telah menyatakan pesannya kepada kedua Anaknya. Prosesi pemakaman pun berlangsung dan kehidupan harus terus berjalan, karena baik Sulung maupun Bungsu memiliki Wirausaha yang harus dijalankan sebagai sandaran hidup.

Hari berganti hari, Minggu berganti minggu, Bulan dan Tahun. Tidak terasa 5 tahun telah berlalu sejak kematian sang Ayah. Disinilah mulai tampak perbedaan yang sangat mencolok antara Sulung dan Bungsu. Sang Ibu sebagai orang di “Tengah” pun tanggap akan hal ini. Perbedaan yang paling nyata adalah soal EKONOMI / KEUANGAN. Sang Ibu merasa iba kepada nasib si-Bungsu yang ekonominya sangat amburadul dan boleh dikatakan mulai Gulung Tikar. Sebaliknya, sang Ibu pun bangga kepada nasih si-Sulung yang boleh dibilang sangat sukses dalam bidang ekonomi.

Tergelitik rasa penasaran, iba dan bangga yang bercampur jadi satu, sang Ibu pun mengunjungi si-Bungsu untuk menanyakan perihal nasibnya:
      “Wahai Bungsu, mengapa nasib mu sedemikian malangnya anakku ???”.

Si Bungsu pun menjawab:
    “Ini karena saya menuruti 2 pesan wasiat Ayah. PERTAMA, SAYA DILARANG MENAGIH PIUTANG KEPADA SIAPAPUN. Sedangkan teman, kolega, client, dll tidak berniat untuk mengembalikan hutang mereka jika tidak ditagih, sehingga lama-kelamaan habislah modal saya Ibu. KEDUA, Ayah melarang saya untuk KENA SINAR MATAHARI SECARA LANGSUNG, itulah sebabnya pergi dan pulang dari Toko, saya selalu menggunakan jasa Taxi, karena saya hanya memiliki sepeda motor, sehingga modal saya lama-kelamaan habis Ibu”.

Melihat malangnya nasih Bungsu, sang Ibu pun menghibur dengan mengatakan :
    “ENGKAU MEMANG ANAK YANG BERBAKTI, KARENA ENGKAU MENJAGA JANJIMU KEPADA AYAH”.

Kemudian berkunjunglah sang Ibu ke kediaman Sulung. Kali ini suasana berubah 180 derajat. Si Sulung adalah orang yang kaya raya dan sangat makmur ekonominya. Penasaran, sang Ibu pun menanyakan perihal nasibnya :
     “Wahai Sulung, mengapa nasibmu sedemikian beruntung anakku ???”.

Si Sulung pun menjawab: “Ini karena saya menuruti 2 pesan wasiat Ayah”.
Sang Ibu pun keheranan akan jawaban Sulung dan menanyakan dengan rasa penasaran yang tinggi,
    “kok bisa begitu ???”.
    Sulung pun menjawab :
    “PERTAMA, SAYA DILARANG MENAGIH PIUTANG KEPADA SIAPAPUN, oleh karena itu SAYA TIDAK PERNAH MEMBERIKAN HUTANG KEPADA PARA PELANGGAN SAYA, sehingga modal saya tetap. KEDUA, SAYA DILARANG KENA SINAR MATAHARI SECARA LANGSUNG, karena saya hanya memiliki sepeda motor, maka saya berangkat ke Toko pagi-pagi benar sebelum matahari terbit, dan pulang dari Toko malam benar setelah matahari terbenam, sehingga SEMUA CUSTOMER SAYA TAHU BAHWA TOKO SAYA BUKA PALING PAGI & TUTUP PALING MALAM, sehingga Toko saya diserbu banyak pelanggan”.

    Sang Ibu pun keheranan penuh kekaguman akan jawaban dari si-Sulung.
    Selama ini anda selalu memerankan karakter Sulung / Bungsu ???
    Semoga bermanfaat untuk menghadapi persoalan hidup apapun.

source: note facebook friend

    Anda hanya tinggal memilih …… Sulung ……….. atau ……………..Bungsu?




Kalau Anda Suka Entry Ini Like dan Comment

Selasa, 30 Oktober 2012

Call Me Maybe by Carly Rae Jepsen

Assalamualaikum....^^

I threw a wish in the well,
Don’t ask me, I’ll never tell
I looked to you as it fell,
And now you’re in my way
I’d trade my soul for a wish,
Pennies and dimes for a kiss
I wasn’t looking for this,
But now you’re in my way
Your stare was holdin’,
Ripped jeans, skin was showin’
Hot night, wind was blowin’
Where you think you’re going,
baby?
Hey, I just met you,
And this is crazy,
But here’s my number,
So call me, maybe?
It’s hard to look right,
At you baby,
But here’s my number,
So call me, maybe?
Hey, I just met you,
And this is crazy,
But here’s my number,
So call me, maybe?
And all the other boys,
Try to chase me,
But here’s my number,
So call me, maybe?
You took your time with the call,
I took no time with the fall
You gave me nothing at all,
But still, you’re in my way
I beg, and borrow and steal
At first sight and it’s real
I didn’t know I would feel it,
But it’s in my way
Your stare was holdin’,
Ripped jeans, skin was showin’
Hot night, wind was blowin’
Where you think you’re going,
baby?
Hey, I just met you,
And this is crazy,
But here’s my number,
So call me, maybe?
It’s hard to look right,
At you baby,
But here’s my number,
So call me, maybe?
Hey, I just met you,
And this is crazy,
But here’s my number,
So call me, maybe?
And all the other boys,
Try to chase me,
But here’s my number,
So call me, maybe?
Before you came into my life
I missed you so bad
I missed you so bad
I missed you so, so bad
Before you came into my life
I missed you so bad
And you should know that
I missed you so, so bad
It’s hard to look right,
At you baby,
But here’s my number,
So call me, maybe?
Hey, I just met you,
And this is crazy,
But here’s my number,
So call me, maybe?
And all the other boys,
Try to chase me,
But here’s my number,
So call me, maybe?
Before you came into my life
I missed you so bad
I missed you so bad
I missed you so so bad
Before you came into my life
I missed you so bad
And you should know that
So call me, maybe?



Kalau Anda Suka Entry Ini Like dan Comment

Rabu, 24 Oktober 2012

Jari Tangan Menentukan Kecerdasan???


proud to be Indonesian





Selamat malam, bloggers...apa kabar?? hehehe, wah lama gak nulis niih. xixix
Akhir-akhir ini waktu tersita buat kuliah dan segala tugas-tugasnya...Oia, postingan kali ini sekedar sharing info mengenai bentuk jari dengan tingkat kecerdasan seseorang. Tulisan ini sih saya dapat dari modul SMK yah,,nah sekalian saja saya share biar orang yang belum tau jadi tahu,, iya kan??? :D
Lets, cekidot!!!!


Panjang jari tangan menentukan kecerdasan?
Menentukan seseorang cerdas atau tidak tanpa menguji otaknya memang
tidaklah mudah. Apalagi jika hanya mengandalkan tampilan fisik. Seringnya kita
mendapatkan fakta yang berseberangan. Seseorang dengan tampilan fisik menarik tak
berkorelasi positif dengan kemampuan otaknya yang cerdas. Demikian pula sebaliknya.
Meski demikian, berdasarkan hasil penelitian ada bagian tubuh manusia yang bisa
digunakan untuk mengungkapkan kecerdasan seseorang.
Mark Brosnan salah satu peneliti dari Universitas Bath mengungkapkan bahwa
kecerdasan seseorang dapat dilihat dari perbandingan panjang jari manis dan jari
telunjuknya. Seorang anak yang memiliki jari manis lebih panjang daripada jari telunjuk cenderung memiliki kemampuan matematika lebih tinggi daripada kemampuan verbal
dan bahasa. Jika perbandingan sebaliknya anak umumnya memiliki kemampuan verbal
seperti menulis dan membaca yang lebih baik dari matematika. Panjang jari tangan
merefleksikan perkembangan bagian-bagian di otak.

Para ilmuwan telah lama mengetahui bahwa pertumbuhan jari-jari tangan
manusia berbeda-beda tergantung hormon testosteron dan estrogen di dalam rahim saat
bayi dikandung ibunya. Kadar testosteron yang tinggi diyakini mendukung perkembangan
bagian otak yang berhubungan dengan matematika dan pandang ruang. Hormon itu pula
yang menyebabkan jari manis tumbuh lebih panjang. Estrogen juga mendorong efek yang
sama pada bagian otak, namun yang berhubungan dengan kemampuan verbal. Hormon
ini mendukung pertumbuhan jari telunjuk, sehingga lebih panjang dari jari manis.

Untuk menguji hubungan kecerdasan dengan rasio panjang jari tangan, Brosnan
dan koleganya membandingkan tes scholastic (SAT) semacam psikotes kepada calon
siswa yang mendaftar sekolah dengan panjang cap jari setiap siswa yang telah diminta
sebelumnya. Mereka mengukur panjang jari-jari secara teliti menggunakan jangka sorong
yang memiliki tingkat ketelitian 0,01 mm. Kemudian rasio panjang jari dicatat untuk
memperkirakan perbandingan kadar testosteron dan estrogen.

Hasil tes siswa laki-laki dan perempuan dipisahkan. Mereka menemukan
hubungan yang jelas antara tingginya paparan testosteron terlihat dari panjang jari manis yang lebih panjang daripada jari telunjuk dengan nilai uji matematika yang tinggi. Juga
tingginya paparan estrogen dengan kemampuan bahasa dan verbal pada sebagian anak
perempuan. ”Rasio panjang jari memberikan kita gambaran mengenai kemampuan
pribadi yang berhubungan dengan kognitif (daya pikir).” Ujar Brosnan yang akan
melaporkan temuannya dalam British Journal of Psychology.
Sumber : Harian pikiran rakyat, 31 Mei 2007


Wah, jari manis saya lebih panjang dari telunjuk, artinya saya lebih jago matematika dong. Berarti gak salah saya ngambil kuliah matematika dari S1 sampe S2,,ahahah. Terus, gimana dengan kalian??


Kalau Anda Suka Entry Ini Like dan Comment

♥Me On Instagram♥

10,000 Totally Free Cursors at CursorNation.com - No Download Necessary!
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
Copyright © . All Right Reserved by Lyssa Faizureen